0
Anak Ku Yang Mengajari Ku
Posted by Unknown
on
18.43
Nama ku budi prasetya, aku
bekerja di salah satu provider
telekomunikasi seluler no satu di indonesia tercinta ini, dan ini adalah
sedikit kisah ku tentang hidup dan bersikap, yah mungkin sikap yang salah ato
benar, tergantung pembaca yang menilai.
Seperti hari biasanya sepulang
kerja, aku langsung pulang tak ada niat ku untuk mampir atau sekedar nongkronk
bareng teman-teman, karena setiap waktunya pulang aku kepingin cepat sampai di
rumah, aku rindu anak ku, oia namanya
kalingga restu prasetya, dia anak yang cerdas dan penurut, walo umurnya baru 2,5
thn tapi dia banyak membuatku berubah cara memandang hidup,
Pernah suatu ketika sepulang
kerja aku teramat sangat lelah, tetapi sampainya di rumah aku di sambut dengan
tawanya yang polos dan pertanyaan-pertanyaannya yang lugu, hilang rasa lelahku
kerja seharian disambutnya, dan yang tidak pernah aku lupa kalimat dia dengan
bahasanya yang mirip alien dia bilang “ ayah ayo tita mandi teus auwoh aban,
nanti kita ditayang cama aowoh” hehehe... pembaca ngerti ga...? maksud dia “
ayo kita mandi terus Allahu akbar (shalat ) supaya kita disayang Allah “,
telinga ku seperti disamabar petir, hati ini seperti disiram air es, air mata
hampir menetes, dari mana dia bisa berkata dan berfikir bijak seperti itu,
dengan umur yang masih sangat belia dia mampu mengajari hal yang tidak pernah
aku kira. Dan setelah shalat 1 lagi kalimat dia, “ ayah tidak boleh marah, ayah
kan sudah besar”, tahukah maksud kalimat dia, cobalah pembaca berfikir, kalimat
itu punya makna yang dalam, dan apa lagi kalimat itu keluar dari mulut seorang
anak balita. Ya Allah butakah hati ku hingga teguran itu keluar dari anak yang
seharusnya ku didik tetapi mengapa justru dia yang mengajari ku tentang – Mu ya
Allah. Maafkan aku ya Allah........
Dari kalimat itu lah aku mulai
belajar lagi bagai mana aku memandang hidup, bersandar hanya pada satu sandaran
vertikal yaitu Allah,
Suatu ketika, waktu itu istri dan
anak ku pulang ke kampung, dan aku pun berniat untu membelikan baju buat anak
ku, dan kebeneran sekali ada teman ku yang juga punya tujuan yang sama. Maka
pergilah kami berdua untuk membelikan baju kesukaan anak kami masing masing,
keluar masuk toko tidak ada yang sesuai selera, dan singkat cerita sampailah
kami berdua di salah satu toko yang memang menjual segala kebtuhan anak.
Antusias kami memilih, semua deretan baju baju itu tidak ada yang terlewat 1
pun, sampai di lembaran terakhir, hmmmmm tidak ada 1 pun yang cocok buat anak
ku, upssss.... aku hampir kelewatan mata ku menemukan yang aku mau, aku melihat
1 setel pakaina yang ada dalam lemari display,,, kucoba bertanya ke mba
pelayan, dan beginilah percakapan itu
“ mba’ boleh saya liat baju ini”, tidak berkedip
mata ku memandang setelan baju itu, dan si mba’ pelayan menjawab, wajahnya yang
cemberut dan nada yang sedikit kasar, “ baju itu mahal pak, itu tidak di jual”
dengan senyum kembali ku tanya, “mengapa tidak dijual mba’ ,,,,? Kembali dengan
gaya bahasa yang tidak bersahabat si mba’ menjawab “ ya mana saya tau, tanya saja
sama yang punya...!!!” tapi apakah beneran saya tidak boleh membeli, karena
baju ini memang cocok buat anak saya mba’...” tanya ku kembali, dan kalimat
terakhir yang mba’ pelayan itu bilang “ pak kalo dibilang tidak dijual ya tidak
jual, di kota inikan masih banyak toko-toko yang lain....!!!!
Tetap dengan ramah ku jawab “oke
lah mba kalau begitu, trimakasih...”
Ternyata teman ku dari tadi
menyimak percakapan ku dengan pelayan itu, Bud mengapa kamu masih baik-baik
mejawab pelayan itu, tidak kah kamu liat wajahnya yang cemberut dan bahasanya
yang sunggguh-sungguh sangat tidak sopan, kalau aku biar gratis dikasih baju
itu dengan pelayanan yang seperti itu,, tidak bakalan sudi aku memakaikan baju
itu ke anak ku,
Tenang aku menjawab biarlah
pelayan itu seperti itu, itu mungkin sudah karakter sifatnya, atau mungkin dia
lagi ada masalah.
Ya bud tapi kan tidak seharusnya
dia bersikap seperti itu, dan mengapa juga masih kamu tersenyum dengan situasi
yang bener tidak bersahabat,,,?
Memang kalau mengikuti kemauan
sih seharunya ku marahi saja pelayan tadi, tapi kalau aku bersikap kasar juga,
itu berarti aku tidak ada bedanya dengan pelayan tadi, toh bukan dia yang
menentukan bagaimana aku harus bersikap, bukankah yang menentukan kita bersikap
dalam hidup ini adalah sang maha pencipta..? kalau kita mau bersikap yang
bernilai lebih, bersikaplah lebih baik sebagaimana Allah bersikap baik dengan
segala mahluk ciptaanya, hanya saja kita sebagai manusia terkadang masih
terpengaruh bagaimana sikap orang lain kepada kita....
Itulah salah satu makna kalimat
dari anak ku, jika merasa jiwa ini sudah besar(dewasa) berfikirlah dan
berikanlah contoh teladan yang baik, jangan selalu terpengaruh dengan emosi,
kita dianjurkan untuk shalat agar senantiasa kita mengingat sang pencipta
hidup, mensyukuri apa yang telah diberikan, dan bersujud maaf atas segala
kekeliruan berfikir dan memaknai hidup ini, Insya Allah kelapangan hati akan
kita peroleh, renungkanlah wahai kawan....
By “ Ibo Prasetyo